Selasa, 13 September 2011

PENGALAMAN Gw PAS OSPEK (bukan Kontoversi)

Postingan ini gw tulis pas pagi hari tadi  gw terbangun kemudian ngecek akun fb gw. Di sana gw baca status seorang teman tentang ospek dan berbagai komen teman-teman lainnya. Karna gw liat usia tuh status da lama (4 hari yg lalu dibuat), gw merasa basi kalo nambahin komen d sana. Jadilah gw bikin tulisan ini. Sebenarnya postingan ini jadi semacam pengganti komen gw d status tu orang. Hahahahaha....
            Kelanjutan dalam tulisan ini hanyalah cerita biasa yang muncul dari kisi-kisi ingatan masa lalu gw yg masih tersisa. Biasa karena tema semacam ini telah banyak ditulis oleh orang lain, menjadi jejak sisa2 ingatan karna cerita ini da terjadi cukup lama (3 tahun lalu). Ya, jadi seingatnya aja ditulis! Hahahahaha...., namun d sini gw cuman mw mengutarain dari sudut pandang gw berdasarkan pengalaman nyata yang gw alamin. Pasti lo juga punya cerita sendiri tentang ospek, baik itu cerita manis maupun cerita pahit.
Cerita gw selengkapnya:
            Dimulai dengan istilah, ospek di ‘tempat gw’ (nama disamarkan) namanya bukan ospek, tapi dinamika (sama aja sih). Tapi yang bikin beda, yaitu gw merasa ospek jenis itu sangat terstruktur (formal) dan seperti da ada blue print-nya, sampe2 gak banyak yang berubah selama tahun-tahun berikutnya. Hahahaha...
            Di ospek jenis ini (dinamika), gak ada yang namanya kontak fisik maupun tekanan psikologis. Sebagai orang yang diospek, dapat dikatakan gw gak ada ngerasain ataupun menyimpan pengalaman pahit dari ospek tu. Pengalaman manis, juga gak ada. Hahahahaha...,
            Trus?????? Jujur, perasaan gw tu kasihannya k otak yang harus berpikir keras. Ospek d t4 kami tu nguras pikiran, banyak tugas rumahnya, sampe-sampe selama seminggu ospek tu, gw cuman tidur 18 jam, jadi sehariny hanya 3 jam waktu tidur. Pada awal aja (Pra-ospek) disuruh ngegambar peta kampus & lingkungannya beserta kelengkapan lainnya. Trus ngebuat jurnal wawancara interaksi sosial ama lingkungan t4 kosan dan persiapan identifikasi mahasiswa (atribut lainnya). Gak ada sih yang macam2 dari hal-hal itu. Malahan semuanya terkesan sangat formal, seragam dan atributnya mirip ama yang digunain menteri & presiden saat foto kabinet. Bayangin aja, masuk area ospek aja ada aturannya, pertama cek kelengkapan dan kerapihan, ngutarain password, pemberian tanda masuk, dan dilakukan penilaian (baru datang aja da dinilai).
Ospek intinya kemudian diisi dengan pembukaan, pengenalan pejabat kampus, pembacaan aturan dan sanksi, mendengarkan seminar-seminar, pengenalan elemen kampus, pengembangan dan games kekompakan, pengisian jurnal harian kegiatan, pembuatan tugas esai harian (3 tema/hari-bilinggual), pembinaan mental dan rohani, training motivation, materi perencanaan keuangan dan masa depan, senam, kegiatan pengenalan dengan alumni yang telah jadi pejabat dan penjelasan atas kiprahnya di dunia nyata/kerja (mengembangkan kecintaan pada almamater), kegiatan pengembangan seni dan kreatifitas, orasi, bakti sosial, ngebersihin kampus dan sekitar kampus, diskusi kelompok dan pengenalan antar anggota, penjelajahan gedung-gedung yang ada dan penjelasan fungsinya masing-masing, pemberian tips2 dalam perkuliahan (informal), pemberitahuan teknik2/modus2 pendekatan/lobbying (informal), pemberitahuan isu2 yg marak/mitos2 (informal), pengarahan pada pusat informasi kemahasiswaan (backing aspirasi), dll. Dari semua kegiatan tu, yang paling gw suka adalah saat pengenalan elemen kampus, serasa ngikutin karnaval, karena variasi penampilan menarik dari elemen-elemen kampus yang ada.
Hal beda lainnya adalah terkait pengorganisasiannya yang terbagi atas bidang2 yang punya fungsi masing2 yang cukup jelas. Ya, bisa dikatakan event organizer juga lewat dah!hahhahaa...
Salah satu fungsi yang masi gw ingat, kalo gak salah ada fungsi evaluasi dan penilaian. Jadi, mereka ini (para evaluator), benar-benar memberi nilai (0 s.d. 100) atas partisipasi masing2 mahasiswa dalam setiap jenis kegiatan dinamika. Nilai2 itu kemudian diakumulasi trus dirumuskan dalam formulasi yang menghasilkan selembar sertifikat dinamika yang mencantumkan indeks prestasi (IP dinamika).
            Jadi, menurut gw, jenis ospek yang gw alamin cukup mewakili makna sesungguhnya dari orientasi/ pengenalan bagi mahasiswa baru.
            Cukup bersyukur juga, gw gak ngalamin jenis ospek yang umumnya dianggap sebagai ajang tuk kesenangan para senior dan penderitaan bagi junior.
            Hahahahahahahah..... ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar